Puisi

Cinta Yang Terlupakan

Aku benci kata-kata
Terutama kata-kata yang mengumbar perasaan
Aman terpendam semua yang terjadi di dalam hati dan pikiranmu
Itu lebih baik
Dan nyaman

Di sini di dalam kotak kesendirian
Menjadi penunggu bodoh
Seperti sang punguk
Menutup mata dan menerawang ke dunia-dunia yang tak bisa terjelajahi
Oleh kaki, oleh tangan, oleh seluruh raga

Hanya hati dan pikiranmu yang hidup merdeka
Namun, hati dan pikiranmu belum menjadi seorang pejuang
Apalagi pahlawan
Karena ia tetap meneriakkan propaganda busuk terhadapmu
Untuk diam dan menunggu

Sementara hatimu tak dapat mengobati dirinya sendiri
Dari luka dan duri
Yang menggelayut dan tumbuh
Dari janin hingga nenek-nenek
Menjangkitimu dan menggerogoti

Mempertajam duri-duri kebencian
Yang makin hari makin mempersempit ruang hatimu
Dan kemerdekaan itu pun perlahan pudar

Sementara pikiranmu tak dapat menjawab
Segala pertanyaan dan keganjilan
Yang menyelimuti hidupmu
Yang membuatmu bingung dan buntu
Aku tak bisa hidup
TanpaMu
Aku tak bisa bermimpi
TanpaMu
Aku tak bisa tidur
TanpaMu
Aku sakit
TanpaMu

Aku bahkan tak bisa berbuat apa-apa
Ada yang bisa melukis
Ada yang pandai merangkai kata-kata
Ada yang pandai menyanyi
Ada yang pandai bermain musik
Ada yang pandai ilmu pengetahuan alam
Ada yang pandai ilmu sosial
Sementara aku hanya seorang penunggu sialan
Berdiam diri dan menikmati permainan
Tetapi selalu game over
Dan herannya aku tak pernah bosan dengan semua kekalahan dan kesalahan ini
Benar-benar mengherankan

Aku si pemimpi bodoh
Yang hanya mengandalkan hati dan pikiran untuk berbuat
Sementara ragaku biarkan berjalan tanpa arah

Aku terjebak oleh mimpi-mimpi sialan
Aku terjebak oleh segala harapan
Aku terpaku oleh pesona keberuntungan

Kalau aku punya bakat aku punya pelarian
Tolong beritahu aku sebenarnya apa bakatku yang positif yang bisa kau lihat
Aku benar-benar buta
Dan bingung
Terlalu banyak yang bejubel di dalam pikiranku
Juga hatiku

Mungkin kau bisa tahu
Hanya dengan melihat mataku
Hanya dengan menyentuh perhatianku
Hanya dengan menyentuh perasaanku

Akan tetapi saat semangat juangku berkobar
Dan aku tak sudi menunggu
Pada saat itulah aku melakukan kesalahan

*Ditulis pertama kali 2011, diterbitkan pertama kali 28 Desember 2019

«

»

what do you think?

Your email address will not be published. Required fields are marked *