Esai

Rindunya Aku Pada Kembang dan Suara Burung

Di tepi kota Bandung paling utara, setiap pagi suara-suara muncul dari balik pepohonan. Tepat ketika kepala-kepala manusia terangkat dari bantal. Burung, tonggeret dan berbagai binatang lain yang mungkin tidak diketahui namanya berlomba-lomba membangunkan manusia dengan nyanyiannya di balik pepohonan itu.

Sungguh suatu kenikmatan yang luar biasa, di saat kondisi bumi semakin memanas, di saat hutan telah rusak, penduduk kota ini masih dapat merasakan suasana seperti di kampung, walaupun kini kota tersebut tidak lagi menyandang gelar ‘kota kembang’. Yah, paduan suara burung dan tonggeret yang seolah dikomposeri oleh angin. Setiap pagi selalu membangunkanku dan menggodaku untuk tetap terjaga untuk menyambut mentari.

Syukurlah kota Bandung masih memiliki lahan hijau walaupun kini suhu udara di daerah yang dingin ini tidak kalah panasnya dengan daerah-daerah yang terkenal bersuhu udara tinggi seperti Jakarta atau Yogyakarta.

Aku tidak pernah merayakan hari bumi. Bahkan aku kurang tahu kapan hari bumi. Akan tetapi yang paling penting adalah cara kita menghargai bumi. Menghargai lingkungan yang telah diciptakan sedemikian rupa dengan memeliharanya. Menjaganya agar tetap bersih.

Sedikitnya mempertahankan keasrian rumah kamu. Saat ini aku dan keluarga mulai lagi membeli pot dan menanam tanaman dan bunga. Seandainya halaman rumah kami luas tentu lebih menyenangkan. Kebun kecil-kecilan bisa tercipta.

Aku jadi ingat semasa kecil masih sering melihat kembang di hampir setiap rumah. Luar biasa indah. Sebagai anak-anak aku suka sekali kembang sepatu. Biasanya aku dan teman-teman memetiknya untuk main masak-masakkan. Saat itu hampir setiap sudut kelurahanku terdapat pohon kembang sepatu berderet memanjang. Namun kini, bahkan di pinggir sungai atau bukit pun sudah jarang. Untunglah beberapa minggu yang lalu aku sempat mengambil foto pohon kembang sepatu yang masih tersisa ketika aku berkunjung ke rumah saudaraku.

Sungguh memprihatinkan tinggal sedikit sekali keberadaan kembang tersebut.

Selain kembang sepatu, di lingkungan sekitarku biasanya banyak pohon ceremai, pohon jambu batu dan pohon delima yang tumbuh. Namun, ketiganya sekarang sudah tidak ada. Terutama ceremai. Dulu saja sudah jarang. Apalagi sekarang. Aku tidak berhasil menemukannya saat aku ‘berburu’ tanaman-tanaman yang dulu sering kutemui untuk kupotret.

Maka dengan segenap kemampuan aku ingin sekali mulai sekarang mengasrikan rumah, minimal dengan bunga-bunga yang mudah didapatkan di tempat penjualan bunga, syukur-syukur kalau bisa mendapatkan bunga-bunga langka.

Lalu bagaimana keadaan di kota kamu? Mudah-mudahan banyak tanaman yang dapat menyegarkan udara dan semoga kamu masih dapat menikmati merdunya suara nyanyian burung dan kawan-kawannya sebagaimana diriku.

«

»

what do you think?

Your email address will not be published. Required fields are marked *